Advertisement
Lewoleba;Jejakhukumindonesia.com,Konflik antara negara-negara produsen pangan terbesar dunia kian berdampak pada stabilitas pangan internasional. Bahkan kondisi ini kian memburuk sehingga ancaman krisis pangan dan energi di depan mata. Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, menyampaikan sinyal bahwa pada tahun 2023 mendatang, akan terjadi krisis pangan besar-besaran bakal melanda dunia.
Hal ini disampaikannya dalam Rapat Lengkap Pamong Praja Kabupaten Lembata yang berlangsung di Olympic Resto Lewoleba, Jumat (9/9) pagi.
Hadir saat itu anggota Fraksi Nasdem DPR RI, Ny. Julie
Sutrisno Laiskodat, Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Djawa, Wakil Ketua DPRD
NTT, Chris Mboeik, sejumlah pimpinan OPD Provinsi NTT, Forkopimda Lembata,
serta ratusan kepala desa se-Kabupaten Lembata. Dari Bank NTT hadir Dirut Bank
NTT, Harry Alexander Riwu Kaho, serta Komisaris Utama, Juvenile Jodjana.
“Saya perlu tegaskan bahwa saat ini pangan
jadi unggulan karena tahun depan (2023) akan ada kelaparan yang luar biasa.
Kita akan masuk dalam kondisi itu. Ada krisis pangan dan energi. Karena itu
presiden jadikan NTT sebagai pilot
project sorgum, kelor dan jagung,”tegs Gubernur VBL serius.
Saking seriusnya pemerintah pusat mempersiapkan daerah-daerah potensial sebagai lumbung pangan, sehingga Presiden Joko Widodo sampai delapan kali menyebut NTT sebagai fokus garapan kedepan.
“Makanya Kadis Pertanian NTT tolong
siapkan. Ada Bank NTT, masuk dalam ekosistem usaha. Tolong siapkan semuanya
mulai dari bibit, pembiayaan oleh bank hingga pemupukan dan ada off taker yang
mau ambil. Sudah delapan kali presiden omong kita, kalau tidak jadi, malu kita.
Sehebat apapun gubernur kalau Kades-nya malas, mau bagaimana,”ujar VBL. Kepala
desa menurutnya adalah garda terdepan yang diandalkan dalam pengentasan masalah
pangan.
Usai pertemuan dilanjutkan dengan
sosialisasi aplikasi B Pung Petani yakni aplikasi yang disediakan oleh Bank
NTT, untuk mempertemukan seluruh petani di Provinsi NTT. Dalam sosialisasi yang
berlangsung di tempat yang sama, hadir seluruh camat, kepala desa dan penyuluh
pertanian se-Kabupaten Lembata
Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander
Riwu Kaho, Kepala Dins Pertanian NTT, Lucky Koli, kepala Biro Ekonomi Setda
NTT, Dr. Lerry Yupidara dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lembata, Kanis
Tuaq, tampil sebagai narasumber.
Dirut Alex saat itu menegaskan bahwa
kehadiran aplikasi B Pung Petani kedepan akan sangat membantu petani di seluruh
NTT. “Karena kita perlu punya data informasi yang benar mengenai potensi di
masyarakat sehingga akan mudah mengontrol desa mana yang ungul di potensi apa,
begitu pula desa lainnya. Nah kelebihan bahan pangan di desa akan saling
bertemu dan tercipta pasar yang layak dan pantas. Semua di aplikasi ini,”tegas
Alex.
Dengan aplikasi ini, petani akan merasakan
manfaatnya yakni mereka tidak asal tanam melainkan akan menanam sesuai
kebutuhan pasar. Lagipula kalender tanamnya pun akan ditata sehingga memberi jaminan
kepada pasar. Lagipula tidak akan ada kekosongan pasokan di pasar.
“Karena itu kita bangun kerjasama antar
daerah. Seluruh daerah akan bertemu dalam satu pasar. Akan ada perlindungan
harga. Ada patokan harga minimum sehingga petani tidak dipersulit,”jelas Alex.
Sementara Kadis Pertanian NTT, Lucky
Frederich Koli saat itu menjelaskan, kembali mengulang penegasan Gubernur
terkait kian bertambahnya negara-negara gagal di dunia serta ancaman krisis
pangan dunia. “Banyak negara penghasil pangan dunia sudah jadi negara gagal
sehingga kita kekurangan suplay. Bahaya yang ada di depan kita perlu ambil
langkah-langkah. Melatarbelakangi situasi ini maka Pemprov mempersiapkan pangan
masa depan untuk masyarakat yakni kit gencar menanam jagung sorgum dan
kelor,”tegas Lucky.
Kadis menyebut, Lembata adalah daerah
potensial karena memiliki lahan kering sehingga sangat tepat untuk ditanami
jagung, sorgum dan kelor. Bagi petani yang sudah menanam jagung, harus
mengontrolnya sehingga pada hari ke-80, daun yang berada di bawah tongkol
dipangkas sehingga lahan di bawahnya ditanami sorgum.
“Supaya kita tanam dua kali. Nah kelor
ditanam di pagar saat hujan. Dengan skema TJPS Pola Kemitraan, pendapatan petani
cukup besar sekali panen. Bank NTT siapkan aplikasi B Pung Petani agar menjadi
wadah bersama petani seluruh NTT. Saya minta agar seluruh data petani diinput
penyuluh sehingga tau, Desa A tanam apa, Desa B dan seterusnya,”tegas Lucky.
Dengan cara ini, tiga bulan kemudian pihaknya sudah dapat mengidentifikasi desa
mana yang mengalami defisit dan mana yang surplus
“Dengan aplikasi ini kita akan mengetahui mana desa yang panennya melimpah dan menjual dengan harga sekian, dan mana yang kekurangan sehingga harus dibantu. Ini sangat membantu para kepala daerah dalam mengambiL keputusan.” Data-data pada aplikasi ini akan terus diupdate sehingga setiap dua pekan, akan berubah datanya. Dengan cara inilah masyarakat NTT akan keluar dari ancaman krisis pangan.
Usai
pemberian materi dilanjutkan dengan sosialisasi teknis pengisian data serta
pengoperasian aplikasi oleh pejabat dari kantor pusat Bank NTT. (HUMAS BANK NTT)