HEADLINE

Dinas PUPR NTT Akan Kirimkan Tim Teknik Periksa Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1 di Pantura Flores

Kupang;Jejakhukumindonesia.com, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi NTT akan segera mengirimkan Tim Teknik untuk memeriksa kondisi Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1 di Jalan Provinsi Ruas Aeramo-Kaburea, Desa Tendakinde, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo.


Demikian dikatakan Kepala Dinas (Kadis) PUPR NTT, Ir. Maxi Nenabu, MT saat dikonfirmasi di ruang kerjanya pada Jumat (2/12/22) sore.

“Kami akan turunkan tim teknik untuk memeriksa keadaan jembatan tersebut. Kami perlu tahu mengapa jembatan itu bisa amblas setelah 1 tahun dibangun. Apakah karena ada kesalahan konstruksi atau masalah lainnya,” ujar Nenabu.


Menurutnya, pemeriksaan kondisi terkini Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1  untuk menilai apakah jembatan itu masih layak untuk dilalui kendaraan atau tidak? “Ini penting karena menyangkut keselamatan masyarakat pengguna jembatan,” tandas Maxi.


Pemilik CV. Anugerah Cipta Jaya (ACJ), Heng Kosmas yang dikonfirmasi Tim Media ini pada Senin (5/12/22) pagi enggan untuk memberikan penjelasan terkait Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1 yang dibangun perusahaannya pada tahun 2015 lalu. Ia malah meminta wartawan untuk mengkonfirmasi pihak Dinas PUPR NTT.

“Pagi pak, terima kasih pak. Saya mohon konfirmasi dengan Dinas PUPR provinsi pak. Saya mohon maaf pak,” tulis Heng Kosmas mengelak.


Menanggapi permintaan Heng Kosmas, wartawan mengatakan bahwa telah mengkonfirmasi Kadis PUPR NTT. Wartawan pun wajib mengkonfirmasi dirinya selaku Kontraktor Pelaksana Pembangunan Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1 di Kaburea. Namun dirinya juga memiliki hak untuk menolak/tidak memberikan penjelasan/klarifikasi.


Seperti diberitakan sebelumnya, diduga Jembatan Raterunu di Kaburea, Kecamatan Wolowae, Kabupaten Nagekeo, NTT yang dibangun oleh kontraktor pelaksana, CV. Anugerah Cipta Jaya dikerjakan asal jadi alias tidak sesuai spesifikasi teknis (spek) dan bestek (syarat teknis bangunan, red). Tampak abudmen/pondasi jembatan yang dibangun pada tahun 2015 ini amblas, patah dan sehingga badan jembatan tampak miring.


Seperti disaksikan Tim Wartawan pada di Jalan Lintas Utara Flores dan menghubungkan Ibukota Nagekeo, Mbay menuju Kabupaten Ende tersebut miring ke arah barat. Kemiringan jembatan Raterunu 1 ini sudah tampak dari jarak sekitar 50 meter. Setelah Tim Wartawan mengamati keadaan seluruh jembatan, ternyata kemiringan itu akibat amblasnya abudmen/pondasi jembatan sebelah barat. 


Tampak pondasi jembatan bagian barat itu amblas sekitar 50 cm. Akibatnya, pondasi jembatan bagian timur juga patah karena badan jembatan bagian barat amblas mengikuti pondasi jembatan. Pada pondasi jembatan bagian timur ini tampak pecah dengan lebar sekitar 5 cm. 


Pada plat beton jembatan tampak 2 lubang mengangga dengan diameter 1 meter dan 50 cm. Dari dua lubang di plat jembatan tersebut, dapat dilihat dengan jelas air yang mengalir di bawah jembatan tersebut. Plat beton jembatan tampak rapuh. Bahkan plat beton tersebut hancur berantakan oleh ujung jari tangan.


Dari plat beton yang hancur di tangan tim media, tak terlihat 1 butir batu pecah. Campuran plat beton jembatan Raterunu 1 itu hanya menggunakan kerikil dari bulat (dengan besaran yang tak beraturan, red) dan pasir kali. Bahkan dari plat beton jembatan tersebut, tim wartawan melihat dan mengambil batu kali sebesar genggaman tangan orang dewasa hanya dengan 2 jari tangan.


Tim wartawan pun mengamati besi beton yang digunakan kontraktor. Ternyata kontraktor menggunakan besi beton 14 ulir dan menyisipkan besi beton 12 banci di bagian tengah plat beton jembatan. Padahal untuk konstruksi plat beton jembatan tersebut, seluruh besi beton yang digunakan harus besi 14 ulir.


Pagar jembatan di sisi utara pun tampak patah. Bahkan tak ada sisanya. Pipa besi pagar dan beton penyangganya pun telah tersapu banjir. Kondisi ini tentu saja sangat membahayakan masyarakat yang melintas karena jembatan tersebut bisa ambruk setiap saat ketika dilintasi kendaraan.


Sementara itu, bronjong pengaman jembatan di sisi selatan jembatan juga telah tersapu banjir. Hanya tampak beberapa meter yang masih tersisa. Dari batu bronjong yang tersisa, tampak mengunnakan batu kali berukuran sedang dan kecil. 


Sedangkan di bagian utara jembatan, tampak timbunan/gundukan tanah dan pasir di kedua sisi kali untuk menormalisasi aliran air kali tersebut. Ketinggian gundukan tanah itu sekitar 2 meter dengan panjang sekitar 40 meter, membentang di kedua sisi kali.


Bentangan jembatan sangat rapuh dan hancur hanya dengan ujung jari tangan. Tampak tak ada batu pecah/agregat dalam campuran beton bentangan jembatan Raterunu 1. Yang tampak pada bentangan jembatan hanya pasir bercampur kerikil kali. Bahkan ada batu kali sebesar kepalan tangan orang dewasa di dalam bentangan jembatan.


Sementara itu, mantan Kepala Desa Tendakinde 3 periode, Ferdinandus Sadha yang ditemui Tim Media ini pada Kamis (1/12/22) mengungkapkan bahwa Jembatan ‘Miring’ Raterunu 1 di bangun oleh seorang Kontraktor Pelaksana dari Kabupaten Ende, Heng Kosmas dengan perusahaan CV. Anugerah Cipta Jaya. Ia menduga bangunan jembatan tersebut dikerjakan tidak sesuai dengan Spesifikasi Teknis (Spek) dan Bestek (syarat teknis bangunan, red).


Akibatnya, pondasi jembatan pada sisi barat ablas diterjang banjir sekitar 1 tahun setelah dibangun. Sehingga pondasi jembatan sisi timur ikut patah. Akibatnya, badan jembatan miring ke arah barat. Batu-batu bronjong penahan bibir kali dan pondasi/abudmen jembatan pun tersapu banjir saat itu. Bahkan saat ini, telah ada 2 lubang menganga dengan diameter 50 cm dan 1 meter pada bentangan jembatan tersebut. (*/tim)

Baca juga