- #
- #PD
- #PDUI#
- Advokat Jhon Samurwaru
- Andre Lado
- AURI
- Baksos
- Bansos
- BEDA BUKU
- BI
- BISNIS
- BUMN
- Daerah
- DAMKAR
- DANA DESA
- DPC P3HI Kota Kupang
- DPP MOI
- Dprd kota
- DPW MOI Provinsi NTT
- EKONOMI
- ekonomi/kemasyarakatan
- ekonomi/kesehatan
- Ekonomi/kreatif
- Herry Battileo
- HUKRIM
- HUKUM
- HUKUM.
- HUT
- HUT RI
- HUT TNI
- KAMIJO
- Kapolda NTT
- KEAMANAN DAN KETERTIBAN
- KEBERSIHAN
- kerja sama
- Kerja sama pemkot
- KERJA SAMA PEMPROV & TNI
- KERJA SAMA PEMPROV DAN TNI
- KESEHATAN
- KESHATAN
- KOMSOS
- komsos TNI
- KOPERASI
- KUNKER
- KURBAN
- MILITER
- MOI NTT
- NASIONAL
- NASONAL
- Oknum Guru SDI Sikumana 3
- OLARAGA
- OLARAGAH
- OPINI
- PARAWISATA
- Pelantikan MOI NTT
- pelantikan/karantina
- PEMERINTAH
- Pemkot
- PEMKOT BEDA RUMAH
- PEMKOT DAN TNI
- Pemprov NTT
- pend
- PENDIDIKAN
- perhub
- PERKARA
- pers ntt
- peternakan
- PKK
- PKK KOTA
- PKK KOTA KUPANG
- PMI
- POLDA NTT
- POLITIK
- POLRI
- Polsek Maulafa
- pramuka
- PROFIL
- pwoin
- pwoin ntt
- PWOIN-NTT
- Ramly Muda
- Rasional
- REGIONAL
- RELIGI
- Ripiah
- SERBA-SERBI
- SEREMONIAL
- TMMD
- TNI
- TNI-POLRI
- TNI/POLRI
Peluncuran SIPETIK PPA Memudahkan Sistem pelaporan kekerasan terhadap anak dan perempuan di kabupaten TTS
TTS;Jejakhukumindonesia.com,Pada perayaan Hari Anak Nasional ke-41 Tingkat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tahun 2025, sebuah momentum penting tercipta dengan peluncuran aplikasi Sistem Pelaporan Tindak Kekerasan pada Perempuan dan Anak (SIPETIK PPA). Di tengah tingginya angka kekerasan yang mengancam generasi muda TTS. Dalam kegiatan ini maka Bupati TTS berpesan dan mengingatkan kita semua akan tanggung jawab kolektif membangun daerah ini, bukan sekadar seremonial. Namun marilah kita telaah bersama tantangan yang menghadang dan bagaimana kita dapat bersinergi mengatasinya demi masa depan anak-anak TTS yang lebih baik, lebih cerah dan lebih aman.
Hari Anak Nasional diperingati sebagai momen krusial untuk menggaungkan pentingnya pemenuhan hak-hak anak, mulai dari hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Selain itu, perayaan Hari Anak Nasional 2025 ini juga bisa jadi penegasan kembali terhadap komitmen bersama dalam memastikan perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
Setiap tanggal 23 Juli, Indonesia merayakan Hari Anak Nasional menjadi momen yang mengingatkan kita akan janji bersama untuk menjaga hak dan kesejahteraan anak-anak, sang penerus bangsa. Tahun 2025 ini terasa berbeda bagi warga Timor Tengah Selatan (TTS), karena perayaan Hari Anak Nasional ke-41 di tingkat kabupaten TTS tidak hanya merupakan seremoni biasa melainkan juga titik awal sebuah terobosan teknologi bernama SIPETIK PPA, sebuah aplikasi cerdas yang memudahkan pelaporan tindak kekerasan pada perempuan dan anak.
Mengapa aplikasi ini penting dan mendesak? Karena data tidak bisa berdusta tentang angka kekerasan di TTS yang tergolong tinggi menjadi alarm yang sulit untuk diabaikan. Bupati TTS Eduard Markus Lioe mengungkapkan fakta mengejutkan karena sekitar 60% kasus kekerasan melibatkan usia dini, dan 43% korban berada di rentang usia PAUD, SD, hingga SMP. Sebuah gambaran pahit yang seharusnya membangunkan hati nurani kita semua.
Kekerasan yang menimpa anak dan perempuan bukan hanya luka fisik, melainkan juga serpihan trauma yang membekas dalam jiwa. Melihat kenyataan ini, Bupati TTS Eduard Markus Lioe dengan tegas mengatakan bahwa Hari Anak Nasional bukan semata-mata adalah ajang seremonial rutin. "Ini adalah kerja bersama, untuk membangun daerah kita," ungkapnya dengan penuh harapan dan tanggung jawab. Sebuah panggilan untuk mengubah paradigma dari pasif menyaksikan, menjadi aktif berperan.
Peluncuran SIPETIK PPA hadir sebagai simbol inovasi dan komitmen. Sistem ini memungkinkan pelaporan kekerasan lebih mudah, cepat, dan tepat sasaran. Dalam era digital, memanfaatkan teknologi bukanlah pilihan, melainkan kewajiban. Jika anak-anak tak bisa bersuara lantang melawan kekerasan yang mereka alami, maka aplikasi ini akan menjadi pahlawan sunyi yang mendengar dan melapor kepada pihak terkait.
Bupati TTS Eduard Markus Lioe juga mengingatkan peran tim gugus perempuan dan anak kabupaten sebagai garis depan dalam menangani kasus-kasus tersebut. "Tugas mereka adalah memastikan setiap kasus harus cepat diatasi dan dituntaskan," ungkapnya. Pesan ini untuk mengundang kolaborasi lintas sektor pemerintah, masyarakat, dan seluruh komponen warga karena membangun daerah tanpa kekerasan adalah tugas bersama, bukan sekadar tanggung jawab segelintir pihak.
Dalam konteks yang lebih luas, peringatan Hari Anak Nasional di TTS tahun ini membawa pesan bahwa membentengi anak dari kekerasan bukan pekerjaan yang selesai dalam sehari. Ia butuh keterlibatan berkelanjutan, pendidikan nilai, dan perubahan budaya. Data dari UNICEF pernah menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak seringkali tersembunyi di balik pintu rumah—tempat yang seharusnya paling aman justru menyimpan potensi bahaya terbesar. Sebuah ironi yang patut direnungkan.
Secara pribadi, saya melihat momentum ini seperti menyalakan lilin kecil di tengah kegelapan yang pekat. Lilin itu mungkin kecil, tapi cahayanya mengusir bayang-bayang ketakutan dan keputusasaan. Dengan SIPETIK PPA dan semangat gotong royong yang diusung Bupati TTS, kita bisa berharap lilin itu segera berubah menjadi obor terang yang menuntun jalan untuk generasi penerus yang lebih aman dan bahagia.
Akhir kata, mari kita tidak hanya melihat Hari Anak Nasional ke-41 ini sebagai acara tahunan, melainkan sebagai panggilan jiwa untuk bertindak nyata dan berkelanjutan. Anak-anak adalah investasi terbaik bangsa, dan TTS punya kesempatan untuk menjadi contoh bahwa daerah dengan tantangan besar pun mampu bangkit dan bersinar lewat kolaborasi dan inovasi.
Apa yang bisa kita lakukan hari ini?
Dukung penggunaan aplikasi SIPETIK PPA, sebarkan informasi agar pelaporan kekerasan menjadi mudah dan efektif.
Tingkatkan kepedulian dan kewaspadaan di lingkungan sekitar, karena perubahan dimulai dari lingkungan terdekat.
Dorong pemerintah daerah untuk terus memperkuat tim gugus perempuan dan anak, serta menindak tegas pelaku kekerasan.
Dengan langkah-langkah kecil tapi konsisten, kita bisa bersama-sama mengusir kegelapan kekerasan dan menjemput masa depan terang untuk anak-anak di Timor Tengah Selatan dan seluruh Indonesia. Jangan lupa, perubahan besar sering kali bermula dari tindakan kecil yang konsisten.(*)