- #
- #PD
- #PDUI#
- Andre Lado
- AURI
- Baksos
- Bansos
- BEDA BUKU
- BI
- BISNIS
- BUMN
- Daerah
- DAMKAR
- DANA DESA
- DPP MOI
- Dprd kota
- DPW MOI Provinsi NTT
- EKONOMI
- ekonomi/kemasyarakatan
- ekonomi/kesehatan
- Ekonomi/kreatif
- HUKRIM
- HUKUM
- HUKUM.
- HUT
- HUT RI
- HUT TNI
- KAMIJO
- KEAMANAN DAN KETERTIBAN
- KEBERSIHAN
- kerja sama
- Kerja sama pemkot
- KERJA SAMA PEMPROV & TNI
- KERJA SAMA PEMPROV DAN TNI
- KESEHATAN
- KESHATAN
- KOMSOS
- komsos TNI
- KOPERASI
- KUNKER
- KURBAN
- MILITER
- MOI NTT
- NASIONAL
- NASONAL
- OLARAGA
- OLARAGAH
- OPINI
- PARAWISATA
- Pelantikan MOI NTT
- pelantikan/karantina
- PEMERINTAH
- Pemkot
- PEMKOT BEDA RUMAH
- PEMKOT DAN TNI
- Pemprov NTT
- pend
- PENDIDIKAN
- perhub
- PERKARA
- pers ntt
- peternakan
- PKK
- PKK KOTA
- PKK KOTA KUPANG
- PMI
- POLDA NTT
- POLITIK
- POLRI
- pramuka
- PROFIL
- pwoin
- pwoin ntt
- PWOIN-NTT
- Rasional
- REGIONAL
- RELIGI
- Ripiah
- SERBA-SERBI
- SEREMONIAL
- TMMD
- TNI
- TNI-POLRI
- TNI/POLRI
MANTAN DIRUT BANK NTT SERUKAN JAGA REPUTASI, JANGAN BAKAR LUMBUNGNYA
KUPANG;Jejakhukumindonesia.com,Direktur
Utama Bank NTT periode 1993-2000, Welem Nunuhitu memberi catatan terkait
perkembangan Bank NTT hingga saat ini. Menurutnya, jika diukur dari kinerja
pelayanan perbankan, maka pelayanan sekarang jauh lebih maju dibanding saat dia
memimpin.
“Bank NTT sudah bisa beradaptasi di era
digital ini. Bahkan mereka sudah bergerak maju cukup pesat dengan digitalisasi.
Sekarang transaksinya cuma lewat handphone. Orang tidak mau buang-buang waktu
lagi untuk ke bank dan ini sebuah perubahan yang nyata, sehingga nasabah lebih
banyak diuntungkan,”tegas Wem, sapaan karibnya, saat ditemui di kediamannya di
Naikoten 1, Selasa (7/2).
Beraneka karya inovasi digital oleh Bank
NTT saat ini perlu disupport, seperti layanan Mobile Banking yang menjamur
pemakainya hingga ke pelosok-pelosok. Setidaknya ada ribuan merchant QRIS, agen
Laku Pandai dan sebagainya. Ini perlu disupport agar nantinya bank ini semakin
berkembang.
Sedangkan mantan Direktur Bank NTT di era
1990-1993 ini pun menyentil sejumlah narasi yang dibangun pihak-pihak tertentu mengenai
capaian laba yang menurun dua tahun terakhir sejak tahun 2019.
“Kalau kita bicara mengenai laba yang
turun, tidak serta merta kita lalu menarik kesimpulan bahwa owh ini pengurusnya
yang bermasalah. Mari kita buat analisa menyeluruh. Laba turun di tahun berapa,
apa penyebabnya secara umum, khusus dan sebagainya. Belum tentu seolah-olah
bahwa pengurusnya sudah bermasalah. Analisa laporan pengeluarannya, apakah
pendapatannya, apakah biayanya naik, ini kan soal laba rugi. Jika biaya naik,
maka di pos apa kenaikannya. Saya belum melihat laporan keuangannya,”tegas Wem
lagi.
Bahkan dia menyarankan agar dilakukan saja
kajian secara menyeluruh agar bisa ditemukan apa penyebab labanya turun selama
tahun-tahun terakhir. Karena jika laba itu turun di tahun-tahun bangsa
khususnya daerah ini sedang dilanda COVID, maka tentu berbeda kesimpulannya.
Karena di tahun-tahun itu hadirlah kebijakan restrukturisasi.
“Komponen apa penyebabnya. Kalau misalnya
itu tanggungjawab cabang, atau kewenangan kantor pusat, maka kita cek lagi,
kewenangan direksi yang mana, atau kewenangan Dirut. Karena ada limit-limit
tanggungjawab untuk memutuskan kredit. Karena itu kita harus membuat analisa.
Memang Dirut itu penanggungjawab umum namun tidak bisa semua itu dibebankan
kepada Dirut. Tanggungjawabnya berjenjang. Tidak bisa kredit di cabang lalu
diputuskan oleh Dirut, tidak mungkin itu. Jadi, ada batas-batas kewenangannya,”tambahnya
lagi.
Apalagi ada informasi yang didengarnya
bahwa penyebab turunnya laba karena tingginya Cadangan Penurunan Kerugian Nilai
(CPKN) sebagai akibat dari kredit yang bermasalah. Juga karena ada beberapa
kredit yang diberlakukan saat ini seperti kredit mikro Merdeka, yang mana kredit
ini disalurkan tanpa agunan.
“Bisa juga itu, dan cadangan ini dimaksudkan
untuk mengantisipasi jika ada kredit macet. Mari kita telaah dulu dan jangan memvonis
seolah-olah sudah gagal semua. Ditelusuri lagi, kemacetan tertinggi itu ada di
masa jabatan direksi yang mana dan apa penyebabnya,”ungkap Wem sambil
menambahkan bahwa yang lebih memahami persoalan ini adalah OJK dan BPK.
“Merekalah yang melakukan kajian lalu
membuat opini. Dan sejauh ini mereka bekerja secara profesional. OJK dan BPK saja
tidak permasalahkan kok kita seolah-olah ada masalah. Mereka sebagai regulator,
dan diberi kewenangan oleh negara sehingga selalu mengikuti perkembangan bank
ini. Bahkan saya dapat informasi bahwa OJK melakukan kajian berkala setiap
bulan terhadap Bank NTT. Ada kemajuan atau tidak. Contohnya, dulu NPL sewaktu Dirut
(Harry Alexander Riwu Kaho) baru terima jabatan ini, dengan NPL yang tinggi
yakni hampir 5 persen namun sekarang sudah turun jadi 2 persen, ini tentu
bagus,”tegas Wem lagi.
Tak hentinya dia meminta kepada semua untuk jangan dulu menarik kesimpulan dari sebuah dinamika, melainkan mengkajinya berkali-kali agar mendapat kesimpulan yang tepat. “Makanya saya tekankan lagi mari kita kaji ini secara menyeluruh. Jangan sampai karena laba turun langsung salahkan, oh ini kerja tidak betul. Kadang situasi ekonomi moneter juga berpengaruh pada laba. Tidak ada orang yang mau mendirikan bank lalu membuat bank itu kolaps,”tegasnya
Bahkan dia pun masih menyayangkan jika
dinamika ini ditarik ke anah politik.
“Kasihan Bank NTT-nya. Kalau ada muatan politisnya. Jangan sampai karena kita mau usir tikus dari rumah, tapi lumbungnya yang dibakar. Mari bersama-sama kita menjaga reputasi bank ini. Kita boleh saja tidak suka dengan oknum tapi jangan banknya yang dirusak. Bank ini perlu dijaga.
Bagi orang yang bijaksana, ketika ada kesalahan, atau
misscomunikasi, dibicarakan dulu di internal, sehingga rumah besarnya dijaga.
Karena ada banyak orang yang hidup dan bertumbuh di bank ini. Kalau saya tidak
suka sama oknum, atau siapapun, mari kita debat, dibedah regulasinya, dan
jangan banknya yang dirusak. Karena kita pernah hidup dan dinafkahi disana.
Jangan rusak rumah besarnya, kan kasihan,”pungkasnya. (HUMAS BANK NTT)