- #
- #PD
- #PDUI#
- Andre Lado
- AURI
- Baksos
- Bansos
- BEDA BUKU
- BI
- BISNIS
- BUMN
- Daerah
- DAMKAR
- DANA DESA
- DPP MOI
- Dprd kota
- DPW MOI Provinsi NTT
- EKONOMI
- ekonomi/kemasyarakatan
- ekonomi/kesehatan
- Ekonomi/kreatif
- HUKRIM
- HUKUM
- HUKUM.
- HUT
- HUT RI
- HUT TNI
- KAMIJO
- KEAMANAN DAN KETERTIBAN
- KEBERSIHAN
- kerja sama
- Kerja sama pemkot
- KERJA SAMA PEMPROV & TNI
- KERJA SAMA PEMPROV DAN TNI
- KESEHATAN
- KESHATAN
- KOMSOS
- komsos TNI
- KOPERASI
- KUNKER
- KURBAN
- MILITER
- MOI NTT
- NASIONAL
- NASONAL
- OLARAGA
- OLARAGAH
- OPINI
- PARAWISATA
- Pelantikan MOI NTT
- pelantikan/karantina
- PEMERINTAH
- Pemkot
- PEMKOT BEDA RUMAH
- PEMKOT DAN TNI
- Pemprov NTT
- pend
- PENDIDIKAN
- perhub
- PERKARA
- pers ntt
- peternakan
- PKK
- PKK KOTA
- PKK KOTA KUPANG
- PMI
- POLDA NTT
- POLITIK
- POLRI
- pramuka
- PROFIL
- pwoin
- pwoin ntt
- PWOIN-NTT
- Rasional
- REGIONAL
- RELIGI
- Ripiah
- SERBA-SERBI
- SEREMONIAL
- TMMD
- TNI
- TNI-POLRI
- TNI/POLRI
HEADLINE
Danrem 161/Wira Sakti Hadir Pada Upacara HUT Ke-79 TNI Tahun 2024 di Mako Lantamal VII/Kupang
MANTAN REKTOR UNDANA DUA PERIODE: BANK NTT DALAM TRACK YANG BENAR
KUPANG;Jejakhukumindonesia.com,Prof. Ir. Fredrik L. Benu, M.Si.,
Ph.D., yang pernah menduduki jabatan sebagai Komisaris Independen Bank NTT
(periode 2009-2013 dan 2014-2017), angkat bicara mengenai berbagai dinamika
yang mencuat ke permukaan sebulan terakhir. Saat ditemui di kantornya, di
Laboratorim Lahan Kering Undana, Penfui, akhir pekan kemarin, Prof Fred,
demikian disapa, mengurai fakta-fakta terkait kondisi terkini dari Bank NTT.
“Saya mau bicara tentang kinerja Bank NTT.
Laba Bank NTT ini kalau kita mau lihat sejak 2019 itu laba bersihnya menurun. Tahun
2019 itu Rp. 236.475.000, dan tahun 2020 jadi Rp 236.289.000 atau turun sekitar
186 juta. Dan tahun 2021 juga turun. Kita masih tunggu laba di tahun 2022. Mari
kita bedah ini secara lebih detail. Penurunan itu adalah sebuah kenyataan dan
kritik itu juga kita terima. Tapi kita harus meliat kenapa harus turun. Tiga
tahun terakhir, semua tahu, perekonomian nasional sedang terpuruk karena
dilanda pandemi. Semua sektor terpukul termasuk perbankan. Bukan hanya Bank NTT
sehingga penurunan itu bisa kita maklumi,”tegas Rektor Undana dua periode itu.
Ketika ada pihak yang mengkritik, sebagai
akademisi, dia melihat itu wajar. Harus diterima secara positif walau ada fakta
pandemi yang perekonomian khusus sektor perbankan terganggu. Namun dia mau
mengajak semua pihak untuk secara arif melihat, bahwa kehadiran Bank NTT itu
mengemban dua fungsi. Yakni fungsi
ekonomi dan kedua, fungsi sosial.
“Kita tidak bisa saja menekankan dia untuk
pencapaian target-target ekonomi dengan mengabaikan target sosial dalam pelaksanaan
fungsi intermediasi bank. Contohnya dia juga harus mengalokasikan dana pihak
ketiganya untuk kredit sektor UMKM. Kita tahu bahwa di sektor ini kita tidak
bisa mematok NIM (net interest margin)
yang besar. Karena ini kan pelaku usaha mikro kecil dan menengah sehingga margin
keuntungan yang diperoleh sektor UMKM ini kecil dibanding kredit yang kita
salurkan untuk kredit konsumsi dan kredit investasi serta kredit modal kerja.
Itu kita bisa peroleh laba yang tinggi. Kalau fungsi intermediasi bank, yang
melaksanakan fungsi sosial bank, ini kita tidak bisa mematok laba yang tinggi,”tambah
Prof. Fred lagi.
Bahkan menurutnya lagi, walau ada
penurunan laba, namun semua harus jujur melihat bahwa dari sisi fungsi
intermediasi bank untuk sektor UMKM, Bank NTT sudah melaksanakannya dengan
sangat baik.
“Kita lihat sekarang Bank NTT itu
menyalurkan kredit untuk ekosistem pertanian, peternakan, itu semua dibangun
oleh Bank NTT dan kita perlu mengapresiasi itu. Menyalurkan kredit untuk sektor
pertanian yang adalah sektor UMKM. Sekali lagi kita perlu mengapresiasi itu. Kalau
kita lihat sektor UMKM ini tumbuh cukup banyak disini dengan mendukung
program-program pemerintah,”tegas dia sembari menambahkan bahwa Bank NTT selain
menyiapkan modal, juga memfasilitasi agar Bumdes terlibat di dalamnya bahkan Bamk
NTT juga menyiapkan pasar, sarana produksi dan ini adalah sebuah fungsi
intermediasi yang baik.
Dan dengan peran tanggungjawab sosial ada
di dalamnya, tentu kita tidak bisa menggenjot pendapatan yang tinggi dari Bank
NTT. Sehingga peran serta Bank NTT dalam fungsi sosial di masa-masa sulit,
mesti diapresiasi walaupun pendapatannya menurun.
“Saya tidak perlu memuji dan mengatakan
selamanya Bank NTT baik karena ada beberapa fakta mengenai laba, ROA, ROE yang
memang harus kita kritisi. Memang menurun karena pendapatan menurun. Di samping
kirisis, juga karena Bank NTT mulai ekspansi ke sektor digital yang mana kita
tak bisa berharap banyak kalau tidak size-nya diperbesar. Demikian juga NIM.
Pada 2021 itu hanya 6,53 % tetapi pada 2022 ini sudah naik 7,65 %. LDR juga
naik itu kurang bagus karena itu berarti kinerja dana kita tidak cukup baik
sehingga tidak tersedia cukup uang untuk kita memberikan loan dan mesti
diturunkan lagi. Jika kita liat BOPO, sebenarnya turun. Pada 2021 itu 82,80 %
dan pada tahun 2022 yang sebentar akan RUPS ini 80 %. Ini sangat baik,”tegasnya
menambahkan “Sedangkan NPL (Non Performing Loan), juga kita lihat itu dari 2,56
menjadi 2,63%. Itu juga kurang baik. Dari sejumlah indikator ini, namun harus
diketahui bahwa pada 2022 ini baru saja kita recovery sehingga kita berharap
kinerja 2022 yang akan diukur dalam RUPS di 2023 ini mungkin ada sedikit
perbaikan. Salah satu yang harus kita lihat di 2023 ini, khusus pemegang saham,
mari kita fokuskan pada pemenuhan modal inti minimum yang Rp 3 Triliun.” Dia
pun berharap kepada semua pihak untuk mendukung bank ini karena bank ini adalah
bank milik masyarakat NTT yang punya tanggungjawab ekonomi juga ada
tanggungjawab sosial.
Dia melihat Pemprov dan Pemkab/kota
memiliki komitmen sehingga bisa memenuhi modal inti minimum Rp 3 Triliun
seperti yang dipatok oleh OJK. Dan di tahun 2023 ini dilakukannya reenginering
proses bisnis kredit khususnya di sektor UMKM.
“Karena kredit ke sektor UMKM itu menolong
banyak orang. Waktu resesi kemarin sektor ini yang bertahan. Karena itu saya
berterimakasih karena Bank NTT juga ikut perhatikan sektor UMKM. Yang menjadi
fondasi perekonomian daerah. Tanggungjawab ada di pengurus yakni direksi. Mari
kita kawal baik-baik,”ujar Prof Fred.
Tak hanya itu, dia pun berharap agar Komisaris
sebagai wakil dari pemegang saham pun dapat menjalankan fungsinya secara baik
dan jangan masuk ke hal-hal teknis sehingga direksi tidak terganggu.
Dan dia berharap agar di tahun 2023 ini,
Bank NTT juga harus memperhatikan layanan-layanan digital yang jika jujur
dilihat, hari ini Bank NTT sudah memiliki banyak kemajuan, ada banyak inovasi layanan.
“Walaupun kita juga perlu memperhatikan segala mekanisme sehingga kita tidak
perlu mendapapat teguran dari regulator,”tegasnya.
Dan secara jujur dia melihat, perkembangan
Bank NTT dari tahun ke tahun, sudah cukup baik, jauh berbeda jika dibanding
dengan masa-masa dia memimpin. Diakui bahwa hal ini dikarenakan dulu organisasinya
berbeda dengan saat ini.
“Pengurusnya sudah berkembang, beda dengan
dulu yang digabung antara dana dan kredit. Sekarang sudah dipisah sehingga
kinerjanya lebih baik. Kalau soal inovasi, saat ini jauh berkembang. Kalau soal
tingkat resiko, saya lihat relatif sama,”ungkap dia.
Dia mengajak semua pihak agar jangan
menutup mata terhadap inovasi-inovasi layanan yang sudah dilakukan saat ini.
Kalau mau jujur melihat, digitalisasi pelayanan di Bank NTT sangat bagus. “Misalnya
dalam Festival Desa Binaan Bank NTT itu setiap daerah memiliki agen sebanyak
ribuan orang. Dan itu inovasi yang hebat. Produk-produk inovasi lainnya, yang
saya bilang ekosistem pertanian peternakan terintegrasi, itu dikaitkan dengan
TPID, tim ketahanan pangan daerah. Ada layanan jasa keuangan, ada Bank NTT yang
bekerjasama dengan lembaga asuransi kesehatan dan asuransi tenaga kerja.
Asuransi atas kredit yang disalurkan, asuransi gagal panen, asuransi ternak. Ada
peran stake holder yang dimainkan disini
sehingga ada warga yang tergabung dalam Bumdes dan sebagainya,”ujar Prof Fred
menambahkan “Saya lihat inovasi IT, ada 249 ATM, 400-an mesin EDC, ada 13.867
merchant QRIS, 140 merchant Laku Pandai, 3 unit money changer, 8 unit kas
titipan BI, ada 53 unit Lopo Di@ Bisa. Itu inovasi-inovasi yang sampai ke
tingkat bawah dan masyarakat sangat terbantu. Manakala fungsi intermediasi bank
tidak jalan karena pelaku UMKM tidak punya budaya untuk tidak datang ke bank
maka bank yang harus datang turun ke bawah. Inovasi-inovasi ini dulu di kita
tidak ada. Dulu hanya ada EDC dan tidak sampai 100. Begitu juga ATM tidak
sebanyak sekarang.”
Dan ekspansi seperti inilah yang menurutnya membuat sehingga dalam melaksanakan fungsi sosialnya, kita tidak bisa memaksa bank mencari laba yang tinggi. “Inilah bentuk apresiasi saya kepada Bank NTT saat ini. Orang-orang hanya melihat labanya saja. Memang dari sisi ekonomi laba memang demikian tetapi di sisi lain, dia menjalankan literasi keuangan, membuka akses seluas-luasnya terhadap sektor UMKM.
Dari data-data yang saya paparkan ini, saya
simpulkan bahwa Bank NTT sedang dalam track yang baik. Fungsi seperti itu walau
kita memberi kritik bahwa laba, BOPO dan sebagainya, NIM yang masih tinggi, LDR
yang tinggi, kita beri kritik. Tapi dia juga ada baiknya. Bank NTT sudah
melaksanakan fungsi intermediasi bank kepada sektor UMKM yang menjadi fondasi
perekonomian daerah ini dan bagi saya ini sangat-sangat strategis,”ungkap Prof
Fred dengan nada serius.
Apalagi, sejarah mencatat bahwa ada banyak
BUMD yang berdatangan dari berbagai pelosok tanah air untuk belajar dari Bank
NTT, yakni digitalisasi layanan perbankan khususnya sektor UMKM. “Dan harus
kita akui bahwa itu kelebihan kita bahwa kita sudah maju sangat jauh dalam hal
digitalisasi layanan perbankan. Dulu di jaman saya, tidak ada. Kita lebih
banyak target ekonominya, sekarang terbalik. Ada orang yang menyoroti satu
sisi, yakni laba, bahwa menurun, orang lain soroti sisi lain, dan saya soroti
keduanya, bahwa ada yang turun namun jangan lupa, ada keberhasilan dari cara
kerja pengurus yang sekarang,”pungkas Prof Fred. (*jh/HUMAS BANK NTT