HEADLINE

PENJABAT WALI KOTA KUPANG DIUNDANG MENYAKSIKAN UPACARA NGABEN BERSAMA UMAT HINDU

Kupang;Jejakhukumindonesia.com,Penjabat Wali Kota Kupang, George Melkianus Hadjoh, SH menghadiri Upacara Ngaben (Ngelungah) Massal, dan Nyapuh Karang, Minggu (7/5), bertempat di Areal Pekuburan (Setra) Hindu dan Krematorium Banjar Dharma Agung Kupang, Pura Prajapati, Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak. Penjabat Wali Kota didaulat hadir sebagai Guru Wisesa selaku Pemerintah Kota Kupang. Proses kremasi dilaksanakan di Gedung Krematorium sebanyak 47 tulang jenazah serta di lokasi Kremasi Api Suci sisi bawah Krematorium. 


Upacara Ngaben (Ngelungah) Massal dan Nyapuh Karang mengkremasi sebanyak 54 Tulang jenazah dan juga 3 tulang jenazah yang digali dari kuburan bayi sehingga total mencapai 57 sawa atau jenazah dikremasi dalam upacara Api Suci Kremasi, Ngaben (Ngelungah) Massal serta Nyapuh Karang. 


Sebelum dilakukan upacara Kremasi (pembakaran) Api Suci, dilakukan persembahan bubur pirata oleh keluarga yang berduka, dilanjutkan dengan prosesi "Doa Pitra Puja" menggunakan dupa dan bunga (sekar) dipimpin Pinandita I Made Suparta.


Upacara Ngaben (Ngelungah) massal diawali dengan doa-doa mantra oleh para pemuka agama Hindu, Ida Bhawati I Made Suaba Arianta, didampingi Pinandita Supardi, Pinandita I Wayan Suparta, Pinandita I Made Suparta, Pinandita Wayan Darmawa, Pinandita I Wayan Kintjed, sebelum api suci kremasi dinyalakan secara bersamaan di dalam gedung krematorium dan juga disisi bawah gedung krematorium disaksikan oleh masing-masing keluarga dari 57 sawa (jenazah) yang dikremasi. Hadir pula yang warga dari pulau NTT yaitu dari lombok dan bali yang ikut menyaksikan prosesi.

Penjabat Wali Kota Kupang juga berkesempatan meninjau kondisi Pekuburan Hindu dan Pura Prajapati yang sementara dilakukan renovasi penataan, disela-sela pelaksanaan Kremasi Api Suci 57 tulang jenazah di Upacara Ngaben (Ngelungah) Massal dan Upacara Nyapuh Karang, didampingi oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Kupang, I Wayan Wira Susana, SE dan Staf Ahli Walikota Kupang Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, dr. I Wayan Ari Wijana, M.Si serta Ketua Banjar Dharma Agung Kupang, I Nyoman Pasek Martika dan Ketua Panitia Ngaben, I Gusti Agung Ngurah Suarnawa, SKM, M.Kes.


Penjabat Wali Kota Kupang dalam wawancara di sela-sela kegiatan menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada umat Hindu Kota Kupang yang mengundangnya untuk ikut menyaksikan Upacara Ngaben. Menurutnya, Pemerintah Kota Kupang menyambut baik pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan di Kota Kupang, bahkan Pemerintah Kota Kupang memfasilitasi berbagai kegiatan keagamaan termasuk yang dilaksanakan umat Hindu, "tiap tahun kami menganggarkan program kegiatan untuk mendukung kebebasan beribadah dan kerukunan umat beragama, khusus untuk umat Hindu setiap tahunnya seperti perayaan Nyepi dan Utsawa Dhatma Gita. Demikian juga agama lainnya, sebagai bentuk dukungan bagi kehidupan umat beragama dan apresiasi terhadap peran umat dalam menjaga toleransi di Kota Kupang", jelasnya disela-sela upacara. 


Dilansir dari laman Hindukupang.com, dilakukannya Upacara Ngaben (Ngelungah) Massal dan Nyapuh Karang ini bertujuan untuk membersihkan semua kuburan, makam hindu yang ada di sisi atas dari utama mandala Pura Prajapati, sehingga semuanya dibongkar dan bersih dari tulang jenazah, agar lahan yang sudah diratakan bisa difungsikan untuk penataan areal utama Mandala Pura Prajapati, sedangkan Pekuburan Hindu dipusatkan di sisi bagian bawah dari Gedung Krematorium, atau di Kanista Mandala. Umat Hindu Kupang berharap agar penataan areal pekuburan Hindu di Kota Kupang ini juga mendapat perhatian dukungan moril dan materiil dari pemerintah

Penjabat Wali Kota Kupang dan warga tampak sangat antusias menyaksikan Upacara Ngaben Massal tersebut. Upacara Ngaben bermakna filosofis untuk mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta atau lima elemen dari tubuh fisik manusia yaitu api ke api, air ke air, tanah ke tanah, udara ke udara, dan ruang ke akasha.


Tulang hasil kremasi kemudian digiling sehingga menjadi halus kemudian dimasukkan kedalam batok kelapa kuning gading yang telah diolesi minyak kasturi dan diukir 10 aksara suci (Dasa Aksara). Semua hasil kremasi pembakaran kemudian dibungkus kain putih, dan akan dilanjutkan upacara Mepepegat atau memutuskan ikatan, dengan dihanyutkan ke laut di Pantai Namosain pada hari yang sama setelah kremasi selesai.(jms)

Baca juga