- #
- #PD
- #PDUI#
- Advokat Jhon Samurwaru
- Andre Lado
- AURI
- Baksos
- Bansos
- BEDA BUKU
- BI
- BISNIS
- BUMN
- Daerah
- DAMKAR
- DANA DESA
- DPC P3HI Kota Kupang
- DPP MOI
- Dprd kota
- DPW MOI Provinsi NTT
- EKONOMI
- ekonomi/kemasyarakatan
- ekonomi/kesehatan
- Ekonomi/kreatif
- Herry Battileo
- HUKRIM
- HUKUM
- HUKUM.
- HUT
- HUT RI
- HUT TNI
- KAMIJO
- Kapolda NTT
- KEAMANAN DAN KETERTIBAN
- KEBERSIHAN
- kerja sama
- Kerja sama pemkot
- KERJA SAMA PEMPROV & TNI
- KERJA SAMA PEMPROV DAN TNI
- KESEHATAN
- KESHATAN
- KOMSOS
- komsos TNI
- KOPERASI
- KUNKER
- KURBAN
- MILITER
- MOI NTT
- NASIONAL
- NASONAL
- Oknum Guru SDI Sikumana 3
- OLARAGA
- OLARAGAH
- OPINI
- PARAWISATA
- Pelantikan MOI NTT
- pelantikan/karantina
- PEMERINTAH
- Pemkot
- PEMKOT BEDA RUMAH
- PEMKOT DAN TNI
- Pemprov NTT
- pend
- PENDIDIKAN
- perhub
- PERKARA
- pers ntt
- peternakan
- PKK
- PKK KOTA
- PKK KOTA KUPANG
- PMI
- POLDA NTT
- POLITIK
- POLRI
- Polsek Maulafa
- pramuka
- PROFIL
- pwoin
- pwoin ntt
- PWOIN-NTT
- Ramly Muda
- Rasional
- REGIONAL
- RELIGI
- Ripiah
- SERBA-SERBI
- SEREMONIAL
- TMMD
- TNI
- TNI-POLRI
- TNI/POLRI
Kekhawatiran Massal Usai Kasus SMPN 8, Siswa SMPN 5 Kota Kupang Tolak Makan Bergizi Gratis
KUPANG;Jejakhukumindonesia.com, Kekhawatiran orang tua dan siswa memuncak setelah beredarnya kabar dugaan keracunan makanan di SMP Negeri 8 Kota Kupang. Imbasnya, ratusan siswa di SMP Negeri 5 enggan mengonsumsi makanan gratis dari program pemerintah pusat.
Kepala Sekolah SMP Negeri 5, Ferderik Mira Tade, S.Pd., menyampaikan bahwa situasi tersebut kini telah berangsur normal, namun koordinasi dan evaluasi terus dilakukan demi memastikan keamanan konsumsi siswa.
“Pada hari Rabu itu, kami menyaksikan sebagian besar siswa tidak ingin makan. Mereka khawatir karena mendengar kabar tentang dugaan keracunan di SMPN 8. Padahal, belum ada hasil investigasi resmi mengenai penyebab pasti kejadian itu,” ungkap Ferderik kepada awak media, Senin (28/7/25) di ruangan kepsek Mira Tade.
Menurutnya, langkah cepat diambil oleh pihak sekolah untuk menghentikan sementara aktivitas kantin. Tujuannya adalah menenangkan situasi sekaligus memastikan bahwa semua proses pengadaan dan penyajian makanan tetap aman.
“Kami tidak ingin saling menuduh. Tapi yang jelas, sebagai pihak sekolah kami berkewajiban melindungi anak-anak. Maka untuk sementara, kami berhenti dulu agar tidak terjadi kekhawatiran yang lebih luas,” jelasnya.
Polling Wali Murid Jadi Solusi:
Untuk merespons keresahan yang berkembang di tengah wali murid, pihak sekolah melakukan polling terbuka melalui grup orang tua siswa. Hasilnya, sebanyak 702 siswa kembali bersedia mengikuti program makan gratis pada Kamis dan Jumat. Angka ini bertahan, menunjukkan mulai pulihnya kepercayaan publik.
Dan pada Senin pagi (28/7), jumlah siswa yang kembali mengakses makan gratis melonjak menjadi 950 orang, menunjukkan tren positif. Namun masih ada sekitar 100 siswa yang belum yakin dan memilih untuk membawa bekal dari rumah.
“Artinya, kepercayaan itu mulai tumbuh kembali. Tapi kami tidak bisa memaksakan. Anak-anak juga manusia, mereka punya cara berpikir sendiri. Tugas kami adalah menciptakan rasa aman,” tambah Ferderik.
Koordinasi Intensif dengan Penyedia MBG:
Ferderik juga menjelaskan bahwa pihak penyedia makanan, dalam hal ini MBG, turut hadir ke sekolah untuk berdialog dan menyampaikan permohonan maaf atas kekhawatiran yang muncul. Meski belum ada bukti kuat bahwa makanan dari MBG menjadi penyebab insiden di SMPN 8, langkah antisipasi tetap diambil.
“Kami terus berkoordinasi. Penyedia makanan juga sudah menyampaikan, jika ada nasi, lauk, atau sayur yang rusak, mereka siap menggantinya. Mereka fleksibel dan terbuka,” katanya.
Sebagai tindakan pencegahan, sekolah juga kini menerapkan sistem penyajian sampel makanan terlebih dahulu—diambil dari bagian tengah wadah makanan, bukan atas atau bawah—guna menghindari bagian yang mungkin kurang layak konsumsi.
Evaluasi dan Pengawasan Terus Berjalan
Dinas Pendidikan Kota Kupang disebut telah memberikan arahan untuk meminimalkan kejadian serupa. Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah pembatasan konsumsi makanan di area kelas bawah dan atas secara bergiliran, untuk menjaga ketertiban dan kebersihan.
“Kami berharap ini menjadi pembelajaran. Baik untuk sekolah, penyedia makanan, maupun orang tua siswa. Tujuan program makan gratis ini mulia. Mari kita jaga bersama agar tidak ternoda oleh kelalaian atau mis informasi,” tutup Ferderik.(*)